Dalam satu kesatuan amal jama’i
ada orang yang mendapatkan nilai tinggi karena ia betul-betul sesuai dengan
tuntutan dan adab amal jama’i. Kejujuran, kesuburan, kejernihan dan kehangatan
ukhuwahnya betul-betul terasa. Keberadaannya menggairahkan dan menenteramkan.
Namun perlu diingat, walaupun telah bekerja dalam jaringan amal jama’i, namun
pertanggungjawaban amal kita akan dilakukan di hadapan Allah SWT secara sendiri-sendiri.
Karenanya jangan ada kader yang
mengandalkan kumpulan-kumpulan besar tanpa beru-saha meningkatkan kualitas
dirinya. Ingat suatu pesan Rasulullah SAW: Man abtha-a bihi amaluhu lam yusri’
bihi nasabuhu (Siapa yang lamban beramal tidak akan dipercepat oleh nasabnya ).
Makna tarbiah itu sendiri adalah
mengharuskan seseorang lebih berdaya, bukan terus-menerus menempel dan
tergantung pada orang lain. Meskipun kebersamaan itu merupakan sesuatu yang
baik tapi ada saatnya kita tidak dapat bersama, demikian sunahnya. Sebab kalau
mau, para sahabat Rasulullah SAW bisa saja menetap dan wafat di Madinah, atau
terus menerus tinggal ber-mulazamah tinggal di masjidil Haram yang nilainya
sekian ra-tus ribu atau di Masjid Nabawi yang pahalanya sekian ribu kali. Tapi
mengapa makam para Sahabat tidak banyak berada di Baqi atau di Ma’la. Tetapi
makam mereka banyak bertebaran jauh, beribu-ribu mil dari negeri mereka.
Sesungguhnya mereka mengutamakan
adanya makna diri mereka sebagai perwujudan firman-Nya: Wal takum minkum
ummatuy yad’una ilal khoir. Atau dalam firman-Nya: Kuntum khoiro ummati
ukhrijat linnasi (Kamu adalah sebaik-baiknya ummat yang di-tampilkan untuk
ummat manusia. Qs. 3;110). Ummat yang terbaik bukan untuk disem-bunyikan tapi
untuk ditampilkan kepada seluruh ummat manusia. Inilah sesuatu yang sangat
perlu kita jaga dan perhatikan. Kita semua beramal tapi tidak larut dalam
kesendirian. Hendaklah ketika sendiri kita selalu mendapat cahaya dan menjadi
cahaya yang menyinari lingkungan sekitarnya.
Jangan ada lagi kader yang
mengatakan, saya jadi buruk begini karena lingkungan. Mengapa tidak berkata
sebaliknya, karena lingkungan seperti itu, saya harus mempenga-ruhi lingkungan
itu dengan pengaruh yang ada pada diri saya. Seharusnya dimanapun dia berada ia
harus berusaha membuat kawasan-kawasan kebaikan, kawasan cahaya, kawas-an ilmu,
kawasan akhlak, kawasan taqwa, kawasan al-haq, setelah kawasan-kawasan tadi
menjadi sempit dan gelap oleh kawasan-kawasan jahiliyah, kezaliman, kebodohan
dan hawa nafsu. Demikianlah ciri kader dakwah,
dimanapun dia berada terus menerus memberi makna kehidupan. Seperti sejarah
da’wah ini, tumbuh dari seorang, dua orang kemudian menjadi beribu-ribu atau
berjuta-juta orang.
Sangat indah ungkapan Imam Syahid
Hasan Al Banna, "Antum ruhun jadidah tarsi fi ja-sadil ummah". Kamu
adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru yang mengalir di tubuh ummat, yang
menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al-Qur’an.
Jangan ada sesudah ini, kader
yang hanya mengandalkan kerumunan besar untuk mera-sakan eksistensi dirinya.
Tapi, dimanapun dia berada ia tetap merasakan sebagai hamba Allah SWT, ia harus
memiliki kesadaran untuk menjaga dirinya dan taqwanya kepada Allah SWT, baik
dalam keadaan sendiri maupun dalam keadaan terlihat orang. Kemana-pun pergi, ia
tak merasa kesunyian, tersudut atau terasing, karena Allah senantiasa
ber-samanya. Bahkan ia dapatkan kebersamaan rasul-Nya, ummat dan alam semesta
senanti-asa.
Kehebatan Namrud bagi Nabi
Ibrahim AS tidak ada artinya, tidaklah sendirian. ALLAH bersamanya dan alam
semesta selalu bersamanya. Api yang berkobar-kobar yang dinya-lakan Namrud
untuk membinasakan dirinya, ternyata satu korps dengannya dalam menu-naikan
tugas pengabdian kepada ALLAH. Alih-alih dari menghanguskannya, justeru ma-lah
menjadi "bardan wa salaman" (penyejuk dan penyelamat). Karena itu,
kader sejati yakin bahwa Allah SWT akan senantiasa membuka jalan bagi pejuang
Da’wah sesuai dengan janji-Nya, In tansurullah yansurukum wayu sabit akdamakum
(Jika kamu meno-long Allah, Ia pasti akan menolongmu dan mengokohkan langkah
kamu)
Semoga para kader senantiasa
mendapatkan perlindungan dan bimbingan dari Allah SWT ditengah derasnya arus
dan badai perusakan ummat. Kita harus yakin sepenuhnya akan pertolongan Allah
SWT dan bukan yakin dan percaya pada diri sendiri. Masukkan diri kedalam
benteng-benteng kekuatan usrah atau halaqah tempat Junud Da’wah melingkar dalam
suatu benteng perlindungan, menghimpun bekal dan amunisi untuk terjun ke arena
pertarungan Haq dan bathil yang berat dan menuntut pengorbanan
Disanalah kita mentarbiah diri
sendiri dan generasi mendatang. Inilah sebagian pelipur kesedihan ummat yang
berkepanjangan, dengan munculnya generasi baru. Generasi yang siap memikul
beban da’wah dan menegakan Islam. Inilah harapan baru bagi masa depan yang
lebih gemilang, dibawah naungan Alqur-an dan cahaya Islam rahmatan lil alamin.
#Tulisan Alm.Ustadz Rahmat Abdullah Allahuyarham
Assalamu'alaikum wr.wb.
BalasHapusIzin copas artikel ini di http://quranicleadership.com ya..
nb: al-durra.blogspot.com direkomendasikan..!
Wa'alaikumusalam.Wr.Wb.
BalasHapusSilahkan mas...artikel dari umat, oleh umat dan untuk umat..hehehehe